Kamis, 26 April 2012
Manusia dan Penderitaan
Kebahagiaan Bagi Mereka...
Kebutuhan rumah tangga dan kenaikan harga di masa Natal dirasakan menjadi tekanan yang tak menyenangkan bagi keluarga. Kondisi demikian bisa mengakibatkan tingkat kekerasan di masa Natal malah semakin meningkat. Tak hanya secara fisik, namun kekerasan juga bisa berupa kekerasan emosional.
Meskipun terkadang bukan menjadi korban secara langsung, namun yang tetap saja anak-anak selalu menjadi korban utama dari kekerasan dalam rumah tangga. Sebuah penelitian menunjukkan lebih dari 80% anak-anak menyadari bahwa kekerasan telah terjadi di rumahnya. Mereka mungkin tidak menyaksikan kekerasan nyata tetapi mereka mendengar pertempuran, jeritan dan melihat cedera. Mereka juga trauma oleh rasa sakit secara emosional orang tua mereka dan penderitaan setelah kekerasan terjadi. Yang memperburuk situasi ini adalah kenyataan bahwa anak biasanya bingung dan merasa bersalah untuk membenci mereka atau mencintai mereka di saat yang sama.
Mereka adalah korban yang tak bisa berkata atau berbuat sesuatu apapun untuk melepaskan diri dari situasi yang tidak menyenangkan dari keretakan hubungan keluarga. Jika orang dewasa bisa memutuskan mengakhiri hubungan, anak-anak tak bisa melakukannya. Jika orang dewasa bisa membela diri atau melakukan pembenaran diri, anak-anak tak bisa melakukannya.
Kekerasan dalam rumah tangga membawa dampak seumur hidup bagi anak-anak. Mereka menjadi kehilangan kepercayaan dirinya juga kehilangan kepercayaan terhadap orang lain. Dampak yang lebih luas lagi, mereka akan melakukan kekerasannya sendiri sepanjang hidup mereka, dan umumnya ketika mereka dewasa akan menunjukkan gejala trauma dan depresi yang meningkat lebih tinggi. Menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga mengakibatkan anak-anak beralih menjadi berperilaku kasar dan menganggap kekerasan menjadi sarana utama mereka untuk menyelesaikan konflik.
Orang tua yang melakukan kekerasan biasanya cerminan dari rasa ketidakamanan dan sangat besar kemungkinannya pernah mengalami kekerasan di masa kecilnya. Trauma dan pengalamannya membuat orang tua tidak bisa menawarkan dukungan emosional kepada anak, dan mengalami frustasi dalam membangun hubungan dengan orang lain termasuk anaknya sendiri.
Satu-satunya cara untuk mematahkan siklus orang tua pelaku kekerasan adalah menarik korban kekerasan termasuk anak-anak yang tinggal dalam lingkungan kekerasan rumah tangga mereka dan memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan terbaik dari orang-orang di sekitarnya. Dalam hal ini gereja sangat diharapkan menjadi tempat perlindungan bagi korban, terutama anak-anak, mereka mendapatkan dukungan moral dan spiritual, dan tak lagi menjadi trauma bagi mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar